
Medan, Cakra.co.id – Bulan puasa dan Lebaran sudah usai. Namun, harga kelapa parut tak kunjung turun, masih betah nangkring di kisaran Rp 20.000 hingga Rp 25.000 per butir. Padahal, sebelumnya, harga bahan baku santan ini paling mahal Rp 10.000 sebutir.
Hera, pedagang kelapa parut di Pasar Lima, Marelan, Medan, mengungkapkan, harga kelapa parut sudah naik sebelum bulan puasa, sejak awal tahun.
“Tapi, parahnya baru sekarang. Kemarin-kemarin, naiknya sedikit-sedikit. Sekarang, sekali datang (pasokan), naik 2.000 per biji,” ungkapnya.
Menurut Hera, harga kelapa parut melambung tinggi lantaran pasokannya seret. Dia biasanya mendapat pasokan kelapa parut dari Sumatera Selatan, Lampung, dan Banten.
Anwar, pedagang kelapa parut di Pasar Lima, Marelan, Medan, bilang, dulu, sebelum stok di lapaknya habis, sudah mendapat kiriman kelapa parut. Sekarang, sekalipun stok di lapaknya sudah ludes, tak langsung mendapat kiriman.
“Gara-gara banyak diekspor ke luar negeri,” sebut dia, yang mendapat pasokan kelapa parut dari Sumatra Selatan dan Lampung.
Dan, bukan cuma harga kelapa parut yang melonjak tinggi, santan kemasan pun ikut terbang. Ridwan, pemilik warung di Jalan Perbatasan, Marelan, Medan, menyebutkan, harga santan kemasan naik sejak dua bulan lalu. Harga santan kemasan merek Kara Sun naik menjadi Rp 5.000 untuk kemasan ukuran 65 militer (ml), dari sebelumnya Rp 3.500.
Tapi, “Santan kemasan, sih, tetap laku, mau harganya berapa saja, karena, kan, untuk kebutuhan masak,” ujarnya.
Muhammad, pemilik warung di Jalan Marelan Raya, Medan, mengatakan, meski harganya melejit, tak mudah mendapat pasokan santan kemasan untuk stok.
Apa yang menyebabkan kelangkaan stok kelapa di negeri dengan garis pantai yang panjang ini? Benarkah tingginya permintaan ekspor menjadi pemicunya? Dan, bagaimana solusi dari pemerintah?tim